Jumat, 30 November 2012

Remaja Dahulu dan Masa Kini

           

        Kita semua tentunya sedang mengalami masa muda. Orang tua kita tentu pernah mengalami masa muda. Dan ternyata masa kita muda dengan masa orang tua kita muda itu berbeda. “Bukankah yang namanya remaja itu di manapun dan kapanpun sama saja?” Ternyata tidak kawan-kawan, remaja saat ini sudah berbeda dari remaja pada zaman dahulu. Bukan hanya dari sisi fisiknya, tetapi juga psikisnya.

            Nah yang akan kita bahas saat ini adalah perbedaan dari segi mental. Tahukah teman-teman apa bedanya? Saat orang tua kita masih beranjak remaja, mereka selalu menghormati orang tua, rajin bekerja keras, dan memiliki keinginan tinggi untuk mencapai cita-citanya.

Bagaimana dengan sekarang?
Jika kita disuruh untuk membelikan barang untuk orangtua seringkali kita berkata “Walah, adek/kakak po’o. .” atau “Sek ta, sebentar”. Kadang kita tidak menyadari kata-kata tersebut terlanjur terucap dari mulut kita. Sebenarnya kata-kata seperti itu saja sudah bisa menyakiti hati orang tua kita, karena kita tidak bisa patuh terhadap orang tua kita dan lebih memilih untuk melakukan kegiatan sendiri. Contoh kedua, jika kita diberi tugas, hampir dapat dipastikan kita akan mencari jalan pintas dengan melihat referensi lain, contohnya wikipedia, atau search di mbah google. Memang sebenarnya itulah manfaat teknologi yang ada di jaman sekarang, yaitu untuk memudahkan kehidupan. Tapi tidakkah itu semakin membuat kita malas dalam melakukan pekerjaan?

Coba tanyakan ke orang tua kita, seringkah dahulu para remaja tawuran di jalan atau antar sekolah? Pernahkah ada kasus narkoba di kalangan remaja pada jaman dahulu? Atau mungkinkah terjadi kasus pelecehan seksual, pemerkosaan, maupun Human Traficking? Jikapun ada, pastilah dapat dihitung jari. Dalam norma hukum, adat, agama dan sosial hal-hal diatas dilarang keras. Dan mirisnya, seiring majunya jaman malah semakin marak kasus-kasus diatas.

Memang pada jaman dahulu kehidupan juga sulit seperti saat ini. Tetapi dengan belum adanya teknologi seperti sekarang, para pemuda dahulu sering menghabiskan waktu untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, contohnya bekerja sambilan, atau mengikuti organisasi karang taruna maupun remaja masjid serta tetap dapat berprestasi. Mereka pun lebih mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bandingkan saat ini jika sudah pulang sekolah akan langsung masuk ke rumah dan menghabiskan waktu dirumah. Dengan kata lain kita bisa dianggap cuek, tidak tanggap terhadap lingkungan sekitar.

Nah memang perbedaan diatas ada sisi baik maupun buruknya. Kemudian apa yang harus kita perbuat? Kita harus meniru sisi baik dari keduanya (Remaja saat ini dan dahulu). Contohnya kita harus bekerja keras dalam mencapai cita-cita kita dengan penuh semangat. Jika jaman dahulu saja untuk sekolah masih harus berjalan kaki hingga belasan kilometer, kita yang hanya tinggal ‘duduk’ saja untuk berangkat sekolah seharusnya bisa lebih berprestasi dan lebih hebat daripada mereka. Mungkin banyak yang akan menganggap kita kuno, tua (Bahasa kasarnya ‘tuek‘)  atau kampungan jika masih melibatkan diri di urusan karang taruna, remaja masjid atau sejenisnya. Apakah hal tersebut salah? Apakah hal tersebut memalukan? Jawabannya tidak, karena itu semua pasti bermanfaat bagi kita. Tidak perlu malu maupun gengsi dengan kata teman sebaya maupun remaja lain. Karena sudah bisa dipastikan bahwa kegiatan tersebut jauh lebih bermanfaat daripada jalan-jalan (baca: nongkrong) di mall atau café. Ya kan? Tentu juga kita bisa lebih membantu orang disekitar kita, terutama orang tua kita sendiri. Kita juga bisa lebih mengukir prestasi dengan mengikuti lomba-lomba yang lebih banyak terdapat dijaman ini.

 Intinya yang sangat mempengaruhi para remaja bukanlah keadaan zaman ketika kita hidup, tetapi pilihan kita untuk mengikuti zaman dengan cara yang bagaimana, serta pandangan kita terhadap zaman itu. Itulah yang menentukan keadaan kita di masa yang akan datang.

Jadi lakukan hal yang lebih bermanfaat untuk masa depan kita semua, masa depan para remaja sebagai harapan kaum masa depan. Setuju? (tri)

0 komentar: