Bismillahirrahmaanirrahiim
Your Life Your Choice
Hidup adalah pilihan,
maka segala sesuatu yang telah terjadi, yang sedang terjadi,
dan akan terjadi adalah hasil daripada pilihan kita.
Hidup ini hanya sebentar, hanya sekali.
Hidup seperti apa yang akan kita pilih?
Sepertinya sudah
banyak yang berkata bahwa hidup ini pilihan. Tetapi, sudah tepatkah kita dalam
membuat pilihan-pilihan itu? Atau kita cenderung membiarkan pilihan-pilihan tak
berguna yang mengisi hidup ini?
Kita semua tahu,
masa remaja bukanlah masa transisi yang mudah. Banyak tantangan, banyak
pilihan, dan tiba-tiba kita dituntut menjadi seorang dewasa yang berguna bagi
agama, nusa, dan bangsa. Berat nggak sih, teman-teman? Belum lagi kalau kita fight
dengan emosi yang meluap-luap. Ya Rabbi, kadang kita harus terus menerus
istighfar supaya sanggup membuat pilihan hidup yang benar.
Baiklah. Coba
jawab pertanyaan ini: apakah kita sering menyalahkan keadaan kita sekarang ini?
Jika tidak, bersyukurlah, teman-teman. Karena itu artinya, kita sebagai remaja
Islam sudah tahu banget apa tujuan kita. Kita sudah tahu pilihan-pilihan apa
saja yang diambil untuk mendukung tujuan mulia itu. Dan, tentu saja kita
menjalankannya dengan ikhlas.
Bagi yang masih
sering mengeluh dan ngambek, berarti pura-pura belum tahu tujuannya nih. J Ngomong-ngomong, apa sih tujuan kita diciptakan sebagai manusia?
Apakah untuk kata-kata bijak seperti: muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk
surga? Itu mimpi! Nggak ada ceritanya seperti itu. Surga itu mahal, Jenderal!
Balik ke tujuan.
Sebenernya apa ya, tujuan kita? Check it out di surat Adz-Dzariyaat:56
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepadaKu."
Tuh, Allah
sudah memajang tulisan itu jelas-jelas di Al-Qur’an. Jadi, sudah tahu
kesimpulanya kan ya? Kita hidup itu tujuannya cuma satu. Yaitu beribadah,
mengabdi kepada Allah.
Terus, apakah
sekolah, membantu orang tua, bekerja, menemani adik bermain, mengantar ibu ke
pasar, dan hal-hal bersifat duniawi itu juga dinilai ibadah? Iya, jika kita
memang mau meniatkannya sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Jangan dikira
ibadah itu cuma kegiatan ritual seperti shalat, zakat, naik haji, dan
semacamnya seperti itu, teman-teman. Ibadah itu luas dan nggak bisa dipisahkan
dari kegiatan sehari-hari seorang mukmin.
Sekarang, karena
sudah tahu tujuan kita dan orientasi ibadah itu apa saja, teman-teman harusnya
bisa membuat pilihan dengan benar sekarang. Iya kan? Tapi, lagi-lagi ada saja
halangan yang menghadang. Ketika kita sudah pasang niat dengan benar, eh…
datanglah bisikan setan yang berkata, “Percuma. Nggak usah dilakukan… Kamu
pasti bosan kalau melakukan itu terus. Bersenang-senanglah sedikit. Allah itu
Maha Mengetahui”. Atau bahkan kamu dianggap aneh sama lingkungan sekitar karena
terlalu excited sama Islam dan perhatian mereka pun berkurang padamu.
Wah, ini yang
parah. Setan berani mengatasnamakan Allah demi melancarkan serangannya. Agar
kita tak jadi membuat pilihan yang benar. Hm, rupanya sikap Rasulullah ini
perlu kita contoh deh. Karena cobaannya Rasulullah lebih berat.
Bayangkan, beliau ditawari 3 Ta (wanita, harta, tahta) supaya menghentikan
dakwah Islamnya. Tapi, apakah jawaban beliau?
“Demi Allah, andai
saja mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan
kiriku, (lalu mereka minta) agar aku meninggalkan urusan (agama) ini, maka demi
Allah, sampai urusan (agama) itu dimenangkan oleh Allah, atau aku binasa di
jalannya, aku tetap tidak akan meninggalkannya.” (HR. Ibn Hisyam)
Masya Allah… Wahai
Rasulullah, begitu mulianya engkau. Keren ya, bisa menolak 3 Ta yang sudah
pasti membuat kita-kita K.O duluan. Nah, kita saja yang masih dibisiki, sudah
terpengaruh duluan. Tampaknya memang harus latihan lebih keras, teman-teman.
Karena apa? Surga itu mahal harganya!
Oke, balik ke
masalah pilihan hidup. Ketika kita sudah memilih suatu pilihan, tentu nggak
bisa memilih lebih dari satu hal secara bersamaan. Misalnya ketika saat ini
memilih pergi ke sekolah, nggak bisa kan, pergi ke Grand City dalam waktu yang
sama? Jadi, berpikirlah matang-matang sebelum menentukan pilihan. Apa yang kita
miliki dan lakukan sekarang ini adalah hasil pilihan kita di masa lalu. Begitu
juga masa depan, apa yang dilakukan saat itu adalah hasil pilihan kita di masa
kini.
Teman-teman, satu
hal yang pasti terjadi, seiring bertambahnya waktu, kita juga semakin tua. Mau
nggak mau, kita harus bertanggung jawab dengan kehidupan kita sendiri, kita
dituntut mandiri. Dan itu semua mustahil jika kita nggak melatihnya dari
sekarang.
Jadi teman-teman,
ketika kondisi kita sedang down akhir-akhir ini, tanya kepada diri kita
dulu. Aku kemarin memilih apa ya? Kalau salah, segera perbaiki untuk ke
depannya. Agar hasil akhirnya kita nggak mencak-mencak dan misuh-misuh
karena kondisi yang nggak sesuai harapan kita. Jangan buru-buru menyalahkan
Allah, teman-teman. Karena Allah sendiri sudah dengan tegas bahwa Dia tak akan
mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka sendiri yang mengubahnya.
Oke, Akhi wa
Ukhti? Hamazah ya! (ans)
0 komentar:
Posting Komentar