Sabtu, 05 Januari 2013

Man Shabara Zhafira



           Tak seperti biasanya Aira nampak murung. Karena penasaran, Putri pun mendatanginya.
           “Ra, kamu kenapa?”
           “Nggak papa, kok,”
           “Terus kenapa mukamu kok sedih? Udahlah, Ra, cerita aja. Aku tau kamu lagi kenapa-napa," Perlahan-lahan, Aira mengangkat wajahnya yang murung dan sembab.
           “Kemaren Sabtu aku ke sekolah, ngerjain tugas kelompok sama anak-anak. Hari itu aku bawa  laptop. Eh, begitu balik, laptopku udah nggak ada di tempat. Raib,”
           “Allahuma... Beneran gak ada?”
           “Iya, Put... Gimana ini... Ya Allah, laptopku di mana...”
           Aira langsung terpekur dan menutupi wajahnya dengan kerudung, menangis. Kerudung putihnya seketika basah karena air mata. Putri tahu jelas bahwa Aira bukan tipe anak yang suka neko-neko. Laptop itu sangat penting baginya. Tak hanya untuk mengerjakan tugas sekolah namun juga untuk menulis berbagai artikel yang rutin ia kirim ke surat kabar. Putri tahu temannya sangat terpukul, namun ia bingung harus berbuat apa. Ia berusaha untuk menenangkan dan menghibur.
“Eh, Ra, kamu inget nggak, kata mbaknya kemarin sewaktu birama?”
           Aira yang matanya masih basah langsung memiringkan kepala, “Kenapa?”
           “Inget, nggak, sih, cerita seorang pemuda yang disuruh menikah dengan gadis buta, tuli, dan bisu?”
           “Ya... Inget, sih...”
           “Meskipun agak enggan, akhirnya diterima kan? Mungkin sepele, tapi kalo dia nggak sabar, dari awal pasti udah ogah dan lari menghindari. Tapi karena tatag, terbukti kan ternyata gadis itu tidak buta, tidak tuli, dan tidak bisu, malahan cantik lagi?”
           “Bener banget,"
           “Emang kayaknya radak nyambung-nggak nyambung gitu sama keadaan kamu sekarang, tapi aku sambung-sambungin aja sih. Aku tau kamu pasti kuat, dan pasti kamu tau Allah punya maksud di balik semua yang terjadi. Allah nggak akan menguji kita lebih dari batas kemampuan kita. Kamu yang sabar, ya, tawakal, tetep berusaha. Mungkin sekarang jadi lebih susah nulis sama ngerjain tugas, tapi aku yakin kamu pasti bisa. Man shabara zhafira, siapa yang sabar akan beruntung. Yakinlah di setiap kesungguhan, Allah menjanjikan keberhasilan. Coba aja liat si Po itu. Mungkin kasus kalian emang nggak bisa disamain, tapi masa iya temenku baru mau sabar kalau dipinang pria buta, tuli, bisu?”
           Aira tergelak, kemudian mengangguk dan tersenyum. Putri senang Aira kembali bersemangat menulis, meskipun fasilitasnya hilang. Aira tak mengingat-ingat soal laptopnya yang hilang lagi di kemudian hari dan berusaha merelakan dengan ikhlas. Bahkan, beberapa hari kemudian, Aira mendapat kabar gembira dan segera membaginya dengan Putri.
          “Alhamdulillah, Put, tulisanku barusan dimuat. Bahkan, kalo aku sanggup rutin nulis dan bermutu, pihak redaksi bakal mempertimbangkan buat bikin kolom khusus,” “Beneran?”
          “Iya, Put,”
          “Alhamdulillah...”
       Setelah berhusnuzhon terhadap Allah, Aira bisa menjalani cobaan dengan tabah dan bahkan Allah mengganjar kesabarannya dengan limpahan nikmat dan karunia-Nya. Bersabar memang bukan perkara yang mudah. Namun, jika kita meluruskan niat dan selalu berusaha ikhlas, insya Allah hati kita tidak akan terasa terbenani menjalaninya. Ambil saja kisah-kisah hikmah sebagai contoh. Tak hanya memesona, namun amanat yang disampaikan juga patut untuk kita serap. (dia/sab)

0 komentar: